Rabu, 18 Agustus 2010

PERJALANAN SANG MUALAF



MUHAMMADIYAH BONTANG
Rubrik : Haji & Umroh
Allah memanjakanku ( Kisah dibalik perjalanan haji )
Jumat, 12 September 08 - by : H.Eddy Joenarko

Sebagai seorang mualaf ,perjalanan hajiku pada tahun 1994 sungguh suatu pengalaman spiritual tertinggi yang saya alami.
Sebelum mengenal Islam ,saya termasuk pengikut kristus yang cukup fanatik dan memandang islam sebagai musuh, maklum karena didikan keluarga dan lingkungan yang mencetak ku menjadi tentara kristus.
Saking alerginya dengan hal – hal yang berbau islam, ketika mengurus KTP dalam status dituliskan agama islam maka dengan serta merta aku gunting KTP itu.
Hidayah Allah memang salah satu kejadian yang sangat “Gaib “, dengan melalui istriku yang tadinya akan “ kuselamatkan” malah terbalik menjadikan diriku tidak dapat menolak dan tersungkur dalam pelukan dan keindahan agama islam.
Pelajaran tentang agama islam lebih banyak kudapatkan dari buku dan mendengarkan ceramah dari radio yang saat itu masih merupakan salah satu hiburan dan sumber informasi yang cukup penting,dan salah satu mubalig yang menjadi penceramah di radio kayu manis yang sering kudengar adalah KH.Kosim Nurseha. Ceramahnya sejuk, tidak pernah menjelek jelekkan agama lain dan tidak menggurui tapi semata mata hanya menyampaikan kebenaran isi Alqur’an.,semoga Allah meridhoinya.
Dengan semakin bertambahnya waktu dan mengenal islam lebih jauh, melaksanakan sholat, puasa, dan zakat, maka tinggal ibadah haji yang ingin kuketahui dan kujalani.

Keajaiban Pertama.
Sebelumnya , sebagai seorang karyawan pelaksana dengan istri dan dua anak , kondisi ekonomi kami sungguh pas-pasan . tidak ada sisa gaji untuk ditabung.namun demikian perasaan ingin melaksanakan haji terus menggelora, hingga pada suatu pengajian di masjid saya bertemu dengan seorang ustadz dan berbicang-bincang tentang haji dan mengutarakan keinginan untuk berhaji ,tapi tidak mempunyai ongkos untuk naik haji.
Ustadz tersebut mengatakan ,tidak ada salahnya mempunyai keinginan seperti itu bahkan banyak orang islam atau hampir setiap orang islam menginginkan untuk dapat menunaikan ibadah haji baik yang berduit maupun yang miskin, itu kerinduan semua muslim kata beliau.
Beliau menyarankan kepada saya untuk mulai menabung,seberapapun sisa uang yang ada supaya diniatkan untuk berangkat haji, dan yang penting jangan lupa untuk selalu meminta kepada yang memiliki panggilan itu yaitu berdoa kepada Allah,dengan memperbanyak sholat diwaktu malam hari ketika orang lain sedang nyenyak dalam hangatnya selimut.
Sejak saat itu saya berniat melaksanakan semua anjuran ustadz, dengan terus menabung dan sholat malam.
Tidak butuh waktu yang lama, ketika satu tahun saya membuka buku tabungan disitu tertera angka 7 juta, suatu nilai yang cukup untuk melaksanakan biaya haji, bahkan dalam bulan bulan berikutnya terus bertambah menjadi 14 juta . Wah ...ini sudah cukup untuk berangkat haji dua orang, namun sayang saat itu istri saya sedang hamil muda anak ketiga, sehingga tidak dapat ikut berangkat , namun dengan dorongannya meminta saya supaya tetap berangkat walau sendiri, alhasil tahun kedua saya terdaftar sebagai calon haji dan alhamdulillah bisa berangkat haji.
Keajaiban Kedua.
Ketika mengikuti manasik haji, ada salahsatu pembimbing haji , seorang kyai dari jawa timur yang berkesempatan untuk berbincang bincang disela acara manasik dengan saya. Beliau menanyakan umur, asal, dan kesiapanku untuk berangkat haji, maka saya menjawab sejujurnya bahwa dari semua persiapan yang kumiliki adalah minim kecuali keinginan sajalah yang besar, dan akhirnya beliaupun tahu kalau aku adalah seorang mualaf, beliau banyak memberikan nasehat dan taujih yang bermanfaat, namun ada yang aneh dari salah satu nasehatnya yang tadinya saya anggap hanya gurauan saja, maklum mubaliq dari jawa timur sangat pandai melucu dan terkenal dengan gurauannya.
Nasehat itu adalah ketika menyarankan kepada saya untuk nanti setibanya di mekkah, terutama ditempat tempat mustajabah seperti pintu multazam, hijir ismail, dan maqom ibrahim untuk berdoa khusyu’dengan bahasa kita sendiri ( jawa ) meminta agar Allah mengembalikan ongkos yang telah kita keluarkan untuk biaya haji.
Saya bertanya kepada pak kyai “ apa boleh berdoa, dan meminta seperti itu ? “
Beliau menjawab “ Tidak ada yang salah, wong kita mintanya kepada pemilik alam semesta ini khok, bukan meminta kepada dukun, atau yang lain. Itu syah saja , walaupun sebenarnya Allah juga sudah tahu kalau kita memang butuh , meskipun tidak memintanya”
Singkat cerita, ketika sudah sampai dimekkah, ketika sedang melaksanakan thawab mengelilingi ka’bah saya sibuk dengan doa-doa penuntun yang ditulis dalam lembaran lembaran kertas yang kugantung dileher, namun karena sesaknya jama’ah maka saya tidak dapat membaca doa-doa itu karena terdesak desak jama’ah yang lain, pada saat itulah saya teringat dengan nasehat dari kyai jawa timur ,bahwa kita bisa berdoa dengan bahasa kita sendiri, tidak harus dengan bahasa arab yang tidak difahami, kecuali dalam bacaan sholat, beliau juga mengatakan, jangankan bahasa manusia, bahasa semut, bahasa angin, dan bahasa tumbuhanpun Allah mengerti, maka berdoalah dengan bahasamu sendiri” Dengan demikian maka saya abaikan lembaran tuntunan doa yang menggantung dileherku, dan aku sibuk dengan doa - doa dalam bahasaku termasuk saran berdoa untuk meminta Allah mengembalikan ONH ku.
Ketika telah kembali ke tanah air, “sisa” ONH ku ternyata masih cukup banyak, karena leaving cost biaya untuk hidup ditanah suci yang dikembalikan untuk biaya hidup jama’ah haji masih utuh, tidak berkurang kecuali yang untuk infaq, dan sodaqoh. Mengapa hal ini bisa terjadi ? secara rasional hal ini masuk akal karena selama ditanah suci kami lebih sering mendapatkan kiriman makanan dari pejabat perusahaanku yang kebetulan satu kloter, dan sering juga ketika pulang ke penginapan didepan pintu sudah terdapat tumpukan nasi box, yang tidak tahu siapa dermawannya, dan hampir setiap berangkat sholat subuh juga mendapatkan sedekah roti dan susu yang dibagi dengan kontainer oleh dermawan arab. Bahkan ketika menemani salah satu teman jama’ah membeli kurma, saya minta ijin untuk mencicipi satu biji kurma kepada pedagangnya, malah diberi satu kresek yang diraufkan dari kurma dagangan didepannya, sedangkan teman saya yang mencoba memasukkan kurma dalam kresek diatas timbangan, dimarahi oleh pedagangnya dan dikatakan “haram” . Dalam perjalanan pulang ke penginapan teman saya membandingkan kurma dalam kreseknya dengan kresek yang saya tenteng pemberian dari pedagang itu ,ternyata kresek saya lebih berat dibandingkan kreseknya, Masyaaallah. dan masih banyak lagi gratisan-gratisan yang lain, alhasil leaving cost tidak banyak terpakai.
Keajaiban Lainnya.
Diantara doa-doaku ditempat mustajabah ditanah suci, adalah doaku untuk keluargaku yang masih kristen, terutama kedua orang tuaku. Didalam doaku aku memohon kepada Allah agar jangan “hanya” aku yang diberikan hidayah tetapi juga kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang lain, ketika berdoa saking inginnya dan bersungguh sungguhnya hingga airmataku tercurah, dan sesak rasanya dadaku hanyut dalam doaku hingga gemetar dan lemas seakan –akan hampir pingsan.
Kembali Allah menunjukkan kasih sayangnya kepadaku, tidak seberapa lama ketika aku telah kembali ketanah air, dari tahun ketahun satu persatu kakak, dan adik adikku menyatakan masuk islam, sehingga dari 10 orang bersaudara sudah 6 orang yang mendapat hidayah dan hijrah kedalam agama yang lurus ini.
Alhamdulillah, suatu nikmat dan karunia yang seakan akan sulit kupercaya ketika pada suatu sore tahun 2005, ketika aku sedang sholat magrib, ada tilpon dari ayahku yang diterima oleh istriku yang berpesan agar aku segera menelponnya. Maka begitu selesai sholat aku segera menelpon ayahku, kuatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maklum sudah usia lanjut. Ketika saya menanyakan ada berita dan keperluan apa kepada ayah, ayahku menjawab dalam telpon “ Aku ingin masuk agama islam, tolong beritahu bagaimana caranya ? “
Bagai disambar petir disiang hari, saya tidak dapat berkata-kata kecuali hanya tangis dan takbir,tahmid dan tahlil yang terus meluncur dari mulutku.
Tanpa membuang waktu esok harinya aku langsung “emergency” pulang ke kota Malang untuk mendatangi dan ingin menemani ayahku untuk bersahadat di mesjid.
“Ya .Allah inikah jawabanmu terhadap doaku, ketika aku belum fasih menyebut Asmamu.., inikah jawaban kasih sayangmu ketika aku belum mampuh membaca dan melantunkan ayat ayat dalam qur’an mu.. Wahai Tuhan yang Haq untuk disembah, ternyata engkau memang mendengar doaku, seperti juga engkau dengar doanya semut, doanya angin, dan doannya tumbuh-tumbuhan”
Ya Allah tetapkanlah hati kami dalam islam, dan jangan matikan kami kecuali dalam keadaan muslim, karena sesungguhnya tidak ada satupun kenikmatan darimu yang dapat kuingkari dan jadikanlah kami dari sebagian hambamu yang selalu bersyukur,Amiin .


MUHAMMADIYAH BONTANG : http://www.pdmbontang.com
Versi Online : http://www.pdmbontang.com/?pilih=lihat&id=1907

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Jam

Tugas Siswa

Universitas Brawijaya

SMP Muhammadiyah

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Revolution church Blogger Template by techknowl | Original Wordpress theme byBrian Gardner