Sabtu, 01 Januari 2011

Hidup Tenang Dengan Ikhlas

0 komentar


Ikhlas berarti rela. Rela terhadap apa yang diterimanya. Rela terhadap apa yang telah ditentukannya. Rela terhadap apa yang telah dikeluarkannya. Rela tanpa pamrih bahkan tidak mengingat-ngingatnya lagi. Sebagaimana Imam Syafi’I r.a. pernah menuturkan “ikhlas itu ibaratnya seorang yang membuang air besar. Segera dikeluarkan dan tidak tengok-tengok lagi”.
Dengan ikhlas jiwa jadi bersih. Bersih dari kotoran, bersih dari penyakit hati. Tidak ikhlas menjadikan jiwa kotor dan berpenyakit. Jiwa yang kotor tidak bisa menerangi diri apalagi oarang lain. Jiwa yang berpenyakit akan membuat diri lemah dan tidak berdaya, walaupun secara fisik kelihatan kokoh dan tegar. Tetapi jiwanya keropos di hadapan Allah.
Pada jiwa yang bersih memancarkan energy yang luar biasa. Pada hakikatnya setiap zat memiliki energy. Energi yang dapat dipancarkan dari setiap zat beragam, ada yang sedikit, ada yang banyak. Semua ini sangat tergantung pada kwalitas zat Si pemilik energy.
Kekuatan yang besar dapat dihasilkan tatkala manusia memposisikan dirinya sebagai manusia yang sebenarnya sesuai awal penciptaaanya. Dalam hal ini saya teringat firman Allah, “Dan tidaklah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang dia tidak ada sama sekali?” ( Q.S. Maryam: 67 ).
Manusia awalnya tidak ada, kemudian menjadi ada karena diciptakan oleh yang ada yaitu yang Maha Ada, Allah Subhanahu Wata’ala. Kemudian Allah meniupkan ruh, sehingga manusia memiliki kekuatan hidup. Kekuatan yang “sebenarnya” pada diri manusia terdapat pada jiwanya ini (ruh). Jiwa yang bersih, yaitu jiwa yang terbebas dari noda kesyirikan, jiwa yang bertauhid, jiwa yang sujud hanya kepada Allah. Inilah sifat fitrah jiwa manusia yang hanya taat kepada Allah, sebagaimana firman-Nya, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S.Arrum:30).

Dari jiwa yang bersih terpancar cahaya ilahi, jiwa yang ikhlas hanya terdapat pada jiwa yang bersih ini, bersih dari segala kesyirikan, bersih dari penyakit hati, bersih dari kotornya lisan, bersih dari kekakuan tangan.
Terbebas dari kesyirikan yang berarti tidak menduakan Allah, tidak men-syarikatkan Allah, tidak menyandingkan Allah dengan apapun selain Allah. Bersih dari penyakit hati berarti terbebasnya dari belenggu nafsu. Orang yang dikuasai nafsu dalam hatinya akan selalu muncul iri, jika iri sudah menguasai diri akan muncul kedengkian.Tidak hanya berhenti disini, karena akan muncul penyakit berikutnya yaitu hasut. Fitnah dimunculkan untuk menutupi kelemahan dan ketidakberdayaannya. Fitnah tersebar dari lisan yang kotor ini. Inilah lisan yang sangat berbahaya karena selalu mengeluarkan bisa, yang sewaktu-waktu siap meracuni siapapun yang menghalanginya. Tidak peduli saudara seiman, apalagi hanyalah teman. Semua dimangsanya. Inilah fitnah yang sangat berbahaya itu, fitnah yang lebih kejam daripada pembunuhan.
Keberhasilan membangun image dengan jalan fitnah, akan semakin menjadikan diri congkak, sombong, dan takabur. Padahal dengan kesombongan akan semakin menenggelamkan diri dihadapan Allah. Akan semakin menjauhkan diri dari Allah. Karena orang yang sombong adalah musuh Allah, sebab yang berhak sombong hanyalah Allah. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman:18).
Pada jiwa yang ikhlas, bersih dari semua penyakit tersebut diatas. Yang ada dibenaknya hanyalah Allah. Semua aktifitasnya disandarkan kepada Allah. Allah ridha atau tidak, sehingga yang dicari hanyalah ridha Allah (mardhotillah). Jika diri kita sudah mampu seperti ini, “ikhlas”, maka hidup akan menjadi tenang/tentram. Karena yang diingat-ingat hanyalah Allah. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)


Dari kota dingin Malang, 26 Muharram 1432 H ( 1 Januari 2011 M)
Dari seorang Hamba yang lemah : Sabar Ahmad Sholikin
Untuk :1. Ibu dan Bapakku (almarhum), yang telah mengorbankan semuanya untukku. Di bulan Desember 22 tahun silam, Bapak telah tinggalkan kami.Ya Allah ampunilah semua dosa kedua orang tua kami. 2.Isteriku, Lilis Yuliati; yang tidak bosan-bosanya memberikan dorongan kepada kami. Ya Allah berikanlah kesabaran kepada istri Hamba 3. Dua buah hatiku Ibrahim Ahmad Ibadurrohman dan Naufal Fadhlurrahman; yang selalu menjadi inspirasiku. Ya Allah jadikanlah mereka anak yang sholeh.
Readmore...

Arsip Blog

Jam

Tugas Siswa

Universitas Brawijaya

SMP Muhammadiyah

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Revolution church Blogger Template by techknowl | Original Wordpress theme byBrian Gardner