Kamis, 23 Februari 2017

DUSTA

0 komentar

Dusta adalah berkata atau menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan kebenaran, baik berupa ucapan lisan maupun dengan isyarat seperti menganggukkan atau menggelengkan kepala.

Dusta bukan perkara sepele, ini termasuk penyakit hati. Penyakit yang terus - menerus akan menjangkiti setiap insan yang terbiasa dusta.

Sekali berkata dusta maka kecenderungannya akan melakukan dusta berikutnya. Hal ini dapat dimaklumi karena pada saat dusta yang pertama dia akan melakukan dusta yang kedua untuk menutupi dusta yang pertama, begitu seterusnya.

Jika keadaan tersebut tidak diputus mata rantainya maka selamanya dia akan melakukan dusta yang akhirnya dijuluki sebagai pendusta.

Berkaitan dengan dusta Rasulullah SAW telah menyebutkan, dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan.
Hal ini sebagaimana sabda Beliau yang artinya: “Tanda orang yang munafik ada tiga: jika berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari, dan jika diamanahi dia khianat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Marilah kita sekuat tenaga menjauhi dusta, karena Allah juga sangat membenci para pendusta.

Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaf: Ayat 2- 3).

Tidak hanya dibenci Allah, para pendusta juga akan dibalas oleh Allah akan kedustaannya.

Allah SWT berfirman: "Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Ali 'Imran: Ayat 54).

Mau menunggu apa lagi, segera jauhi dusta agar menjadi orang yang disayang Allah SWT.

Jika Allah sudah sayang maka kedamaian akan dengan mudah bisa diraihnya.

🖋Sabar Ahmad Sholikin

•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by belajar sabar
- Telegram channel:https://t.me/belajarsabar
- Blogger:http://dakwahdanpendidikan.blogspot.com

Readmore...

TASBIH DAN ISTIGHFAR

0 komentar

Tasbih dan Istighfar merupakan dua perkataan/kalimat yang amat baik/thayyib. Sehingga dua kalimat ini juga dikenal dengan kalimat thayyibah.

Namun demikian dua kalimat ini mempunyai keistimewaan masing - masing yang satu sama lainnya saling melengkapi.

Tetapi mana yang lebih utama diantara keduanya? Berkenaan dengan ini Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan Al Imam Ibnul Qayyim sebagaimana dipaparkan dalam kitab beliau, al-Wabilus Shayyib:

"Suatu hari aku berkata kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (semoga Allah ta'ala merahmatinya) : beberapa ahli ilmu ditanya manakah yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba, tasbih atau istighfar? Maka beliau menjawab : jika pakaian itu bersih, maka wewangian dan air mawar lebih bermanfaat untuknya, dan jika pakaian itu kotor, maka sabun dan air panas lebih bermanfaat untuknya.

Untuk itu ketika kita banyak dipenuhi dosa dan maksiat, perbanyaklah istighfar. Apalagi jika saat ini selalu bergelut dengan kemaksiatan setiap saatnya. Dilanjutkan dengan memuji dan mengagungkan Allah azza wajalla.

Wallahu a'lam bisshawab.

🖋Sabar Ahmad Sholikin

•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by belajar sabar
- Telegram channel:https://t.me/belajarsabar
- Blogger:http://dakwahdanpendidikan.blogspot.com

Readmore...

Rabu, 22 Februari 2017

PENTINGNYA SHALAT BAGI SEORANG MUSLIM

0 komentar

"PENTINGNYA SHOLAT BAGI SEORANG MUSLIM"

Melaksanakan shalat lima waktu yang diawali dengan takbir (pengagungan kepada sang pencipta) dan diakhiri dengan salam (menebar keselamatan) merupakan suatu ibadah yang sangat agung.

Pengagungan terhadap Sang Khaliq mempunyai makna bahwa bumi, langit dan isinya serta yang ada diantara keduanya kecil dihadapan Allah, apalagi manusia.

Bumi dan langit menurut ukuran manusia merupakan benda yang amat besar, akan tetapi keduanya masih mengagungkan Allah. Hal ini dibuktikan dengan keteraturan keduanya. Bumi berotasi dan berevolusi sesuai perintah Allah, tidak pernah membangkang walau sedikit. Bagaimana dengan manusia?

Manusia semestinya lebih bisa mengagungkan Allah dengan menjalankan ketaatan-ketaatan kepada Allah, misalkan shalat. Karena manusia adalah makhluq yang paling sempurna diantara makhluq yang lain.

Allah SWT berfirman: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin: Ayat 4)

Shalat merupakan tiang agama, kedudukan yang luar biasa. Barang siapa telah meninggalkan shalat maka dia telah merobohkan agamanya. Dan barang siapa telah melaksanakan shalat berarti dia telah menegakkan agamanya.

Shalat diibaratkan sebagai tiang agama, artinya jika seorang muslim telah melakukan shalat/menegakkan shalat dia telah mengokohkan agamanya. Sebaliknya jika seorang muslim meninggalkan shalat maka dia telah melemahkan agamanya.

Allah SWT berfirman: "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS. Al-Baqarah: Ayat 3)

Seorang muslim yang telah berhasil menegakkan shalat, selain dia telah menguatkan agamanya maka dia juga telah membentengi dirinya dari perbuatan keji/cela dan mungkar.

Allah SWT berfirman: "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut: Ayat 45).

Semoga segera memenuhi panggilan Allah yang Maha Mulia "SHALAT".

🖌Sabar Ahmad Sholikin

•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by belajar sabar
- Telegram channel:https://t.me/belajarsabar
- Blogger:http://dakwahdanpendidikan.blogspot.com

Readmore...

Jumat, 10 Februari 2017

Bekerjalah Karena Allah, Agar Bernilai Ibadah

0 komentar

Agama Islam sangat menyukai orang - orang yang mau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam sangat membenci orang-orang yang malas bekerja apalagi hanya berpangku tangan meratapi nasib, yang akhirnya menjadi peminta - minta.

Namun demikian Islam juga mengatur prinsip-prinsip pokok yang harus dijaga oleh setiap muslim agar dalam bekerja bernilai ibadah.

Bagi setiap muslim yang bekerjanya semata - mata karena Allah akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda baik di dunia apalagi di akhirat.

Berikut ini merupakan pokok-pokok prinsip yang harus dipenuhi agar dalam bekerja bernilai ibadah:

1. Pekerjaan yang dijalani harus halal dan baik. Halal jenis pekerjaannya, halal cara memperolehnya dan halal dalam menjalankannya.

Halal jenis pekerjaan maksudnya pekerjaan yang ditekuni bukan pekerjaan yang dilarang Allah, seperti jualan khamer, bekerja di pabrik yang memproduksi narkoba, menjual diri (pekerja seks), dan yang semacamnya.

Halal dalam memperolehnya, pekerjaan yang didapatkan dengan jalan yang halal bukan jalan haram seperti dengan cara menyuap, menipu dan cara-cara lain yang terlarang.

Halal dalam menjalankannya, ini penting karena sering kali tidak menyadari jika seseorang telah menjalankan pekerjaanya dengan cara yang tidak halal.

Contohnya seorang pekerja sangat antusias tatkala dalam pengawasan pimpinan dan bermalas - malasan tatkala pimpinannya tidak mengawasi (baca: tidak ada).

Atau seorang pekerja yang selalu menjilat atasannya agar mendapatkan hati (tempat) dari atasannya, sambil membumbui dengan memfitnah teman sekantor, inipun juga termasuk cara keji yang dilarang Allah.

Allah berfirman: “Hai orang - orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar - benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah : 172).

2. Bekerja dengan penuh tanggung jawab. Agama Islam tidak pernah memerintahkan umatnya untuk sekedar bekerja, akan tetapi mendorong umatnya agar senantiasa bekerja dengan baik dan penuh  bertanggung jawab.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai seorang diantara kalian yang jika bekerja, maka ia bekerja dengan baik.”(HR Baihaqi).

3. Ikhlas dalam bekerja, yaitu meniatkan aktifitas bekerjanya tersebut untuk mencari ridho Allah dan beribadah kepada-Nya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amal - amal perbuatan itu tergantung niat. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari Muslim).

Niat sangat penting dalam bekerja. Jika kita ingin pekerjaan kita bernilai ibadah, maka niat ibadah itu harus hadir dalam sanubari kita. Segala lelah dan setiap tetesan keringat karena bekerja akan dipandang oleh Allah sebagai ketundukan dan amal shaleh disebabkan karena niat.

Untuk itulah, jangan sampai kita melupakan niat tersebut saat kita bekerja, sehingga kita kehilangan pahala ibadah yang sangat besar dari pekerjaan yang kita jalani itu.

4. Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah. Bekerja juga akan bernilai ibadah jika pekerjaan apa pun yang kita jalani tidak sampai melalaikan dan melupakan kita dari kewajiban - kewajiban kepada Allah. Sibuk bekerja tidak boleh sampai membuat kita meninggalkan kewajiban. Shalat misalnya.

Shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Maka, jangan sampai kesibukan bekerja mencari karunia Allah mengakibatkan ia meninggalkan shalat walau pun hanya satu kali. Begitu pula dengan kewajiban yang lainnya, seperti zakat, puasa, haji, bersilaturrahim dan ibadah - ibadah wajib lainnya.

Itulah beberapa prinsip yang harus tetap dijaga bagi setiap pekerja muslim yang sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Bekerja merupakan tindakan yang sangat mulia.  Dari bekerja bisa memperoleh keutungan dunia maupun akhirat. Di dunia memperoleh harta, di akhirat mendapatkan pahala yang berlipat.

Itulah hebatnya pekerja muslim, yang menjadikan Allah sebagai tujuannya, sehingga bekerjanya bernilai ibadah.

Bagi pekerja muslim, bekerja karena Allah suatu keniscayaan. Semoga......!

🖋Sabar Ahmad Sholikin

•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by belajar sabar
- Telegram channel:https://t.me/belajarsabar
- Blogger:http://dakwahdanpendidikan.blogspot.com

Readmore...

Selasa, 07 Februari 2017

Hidup Sesudah Mati

0 komentar

"Hidup Sesudah Mati"

Hidup di dunia hanyalah sementara. Akan tetapi yang sementara ini sangat menentukan kehidupan yang abadi (akhirat).

Sebagaimana firman Allah SWT: "Dia (Allah) berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui." (QS. Al-Mu'minun: Ayat 114).

Perlu kiranya manusia mengisi yang sementara ini dengan amal-amal baik. Dan menjauhi perbuatan-perbuatan mungkar yang sangat dibenci Allah, seperti nifaq, berzina, memfitnah, menggunjing, menjilat, adu domba serta amalan-amalan lain yang masuk dalam kategori dilarang Allah dan RasulNya.

Kehidupan yang baik di dunia sebagai gambaran kehidupan kelak di akhirat demikian juga sebaliknya. Ukuran baik tidaknya kehidupan manusia, bukan karena melimpahnya kekayaannya dan juga bukan karena jabatan atau kedudukannya yang mentereng. Akan tetapi kehidupan yang baik itu adalah jika seseorang berada dalam ketaqwaan kepada Allah azza wajalla.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: "Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu." Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan Bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas."              (QS. Az-Zumar: Ayat 10).

Perlu kiranya diketahui bahwa kematian dan terjadinya kiamat bukanlah akhir dari segalanya. Setelah manusia mati, ternyata masih ada kehidupan setelahnya dan ada tahapan demi tahapan yang masih panjang.

Merencanakan dan mempersiapkan hidup yang abadi adalah sebuah keharusan. Semoga.........!

🖌Sabar Ahmad Sholikin

•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by belajar sabar
- Telegram channel:https://t.me/belajarsabar
- Blogger:http://dakwahdanpendidikan.blogspot.com

Readmore...

Arsip Blog

Jam

Tugas Siswa

Universitas Brawijaya

SMP Muhammadiyah

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Revolution church Blogger Template by techknowl | Original Wordpress theme byBrian Gardner